Simalungun, Tanah
leluhur... Banyak keingin tahuan kita tentang tanah leluhur, kenapa bernama
SIMALUNGUN ?
Menurut cerita rakyat,
dulu SIMALUNGUN secara keseluruhan bernama KAMPUNG NAGUR, namun karena sebuah
peristiwa ,KAMPUNG NAGUR tersebut kemudian diberi nama SIMALUNGUN.
Cerita rakyat tersebut
berkisah,
Dalam menjalankan
tugas pemerintahannya, sang Raja didampingi sejumlah hulubalang yang tangguh
dan setia sehingga kerajaan ini aman dan tentram.
Sementara itu, di luar
wilayah NAGUR, terdapat pula 2/dua kerajaan suku batak yang berlainan marga,
yakni KERAJAAN SILOU dari marga PURBA TAMBAK dan KERAJAAN RAYA dari marga
SARAGIH GARINGGING.
Meskipun berlainan
marga, ketiga kerajaan ini menjalin hubungan persahabatan, demikian pula
rakyatnya pun senantiasa hidup rukun dan makmur. Karena kemakmuran ketiga
kerajaan ini, ternyata menarik perhatian kerajaan-kerajaan lain untuk menguasainya.
Suatu hari, tersiar
kabar bahwa KERAJAAN MAJAPAHIT dari tanah jawa akan datang menyerang KERAJAAN
NAGUR, mendengar kabar tersebut, RAJA SINAGA pun meminta bantuan dari KERAJAAN
SILOU dan KERAJAAN RAYA, dan persekutuan ketiga kerajaan ini pun terbentuk
untuk menangkal serangan dari KERAJAAN MAJAPAHIT.
Karena persekutuan
ketiga kerajaan ini, ternyata sanggup menangkal dan bahkan mengusir pasukan
KERAJAAN MAJAPAHIT keluar dari wilayah ketiganya. Persekutuan ketiga kerajaan
ini pun di uji kembali saat KERAJAAN SILOU mendapat serangan dari KERAJAAN ACEH
dan kerajaan aceh pun lari tunggang langgang kembali ke asalnya karena
persekutuan rakyat dan hulubalang/pasukan KERAJAAN NAGUR-KERAJAAN
SILOU-KERAJAAN RAYA.
Akan tetapi ujian
persekutuan ketiga kerajaan ini hancur karena serangan mendadak dari ribuan
pasukan tentara (sayangnya tidak disebutkan dari kerajaan mana asal serangan
ini) yang menyerang secara bergantian. Pertama-tama yang diserang adalah
KERAJAAN NAGUR, kemudian KERAJAAN SILOU dan akhirnya KERAJAAN RAYA pun takluk.
Para Raja dan anggota keluarga, hulubalang serta rakyat terpaksa mengungsi
menyelamatkan diri dan terus berlari berpindah-pindah lokasi dari kejaran musuh
secara berkelompok (makanya sampai saat ini orang BATAK (SIMALUNGUN-TOBA-KARO-MANDAILING)
selalu hidup dalam kelompok-kelompok dimanapun mereka berada, membentuk suatu
persekutuan-persekutuan kecil (PUNGUAN) dalam menghadapi setiap masalah suka
dan duka).
Dan didalam masa
pelariannya mereka terpecah dalam kelompok-kelompok marga/kerajaan, kelompok
KERAJAAN NAGUR akhirnya menemukan suatu wilayah tak bertuan yang mereka beri
nama "TANAH SAHILI MISIR" yang saat ini dikenal sebagai PULAU SAMOSIR
yang terletak di tengah-tengah DANAU TOBA. Disinilah KERAJAAN NAGUR mulai
menata kembali kehidupannya, mereka mulai bercocok tanam dengan membuka ladang
dan sawah.
Setelah sekian lama
menetap di SAHILI MISIR, kehidupan KERAJAAN NAGUR mulai membaik dan tertata
seperti semula, bahkan di TANAH SAHILI MISIR ini mereka telah beranak cucu. Dan
suatu saat timbul kerinduan akan TANAH LELUHUR, tanah KAMPUNG/KERAJAAN NAGUR
yang sesungguhnya, akhirnya diadakanlah sebuah musyawarah :
" Siapa diantara
kalian yang ingin kembali ke TANAH LELUHUR ?" tanya seorang sesepuh selaku
pemimpin musyawarah. Mendengar pertanyaan tersebut, sebagian rakyat enggan
untuk kembali ke TANAH LELUHURnya. " Kenapa kalian tidak mau ikut bersama
kami ? apakah kalian tidak rindu dengan TANAH LELUHUR ? tanya sang sesepuh
kepada rakyatnya. " Maaf Tuan Sesepuh, sebenarnya kami pun sangat rindu
akan TANAH LELUHUR, tapi kami sudah merasa nyaman tinggal di TANAH SAHILI MISIR
ini, tanah ini sudah menjadi TANAH LELUHUR bagi kami (ini mungkin suatu
penggalan cerita adanya MARGA SINAGA TOBA dan SINAGA SIMALUNGUN), disini kami
sudah memiliki ladang dan sawah juga hewan ternak, kalau kami ikut ke TANAH
NAGUR, TANAH LELUHUR bagaimana dengan sawah, ladang dan hewan ternak kami ?
jawab rakyat dan sebagian dukungan dari rakyat KERAJAAN NAGUR.
"Baiklah ...
kalau begitu bila kalian ingin tetap di TANAH SAHILI MISIR ini, tinggallah
kalian disini, rawatlah TANAH SAHILI MISIR ini baik-baik. Dan bagi yang ingin
kembali ke TANAH LELUHUR, TANAH NAGUR, bersiaplah dan kita akan segera kembali
kesana.
Akhirnya dengan
persiapan yang sudah matang sebagian rakyat dan sesepuh KERAJAAN NAGUR
berangkat kembali ke KERAJAAN NAGUR sesungguhnya, ... TANAH LELUHUR. Setelah
berhari-hari dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di TANAH LELUHUR tersebut,
dan saat mereka sampai beberapa dari rakyat saling berpelukan dan bertangisan
diatas TANAH LELUHUR, tangis duka akan tragedi yang membuat mereka harus
meninggalkan TANAH LELUHUR dan tangis suka, karena mereka telah kembali ke
TANAH LELUHUR. Semua bangunan KERAJAAN NAGUR dan rumah-rumah mereka telah
tiada, berganti dengan semak belukar dan pepohonan yang tumbuh dengan subur :
TANAH LELUHUR, TANAH
NAGUR, TANAH YANG SUBUR --- , TANAH SIMALUNGUN....
memandangi itu semua
dengan airmata yang masih membasahi setiap kelopak mata mereka bergumam :
"SIMA-SIMA
NALUNGUN"
"Sima-sima
Nalungun " yang artinya daerah yang sunyi dan sepi, dan sejak itulah TANAH
NAGUR berubah nama/sebutan menjadi SIMA-SIMA NALUNGUN... dan sampai saat ini
daerah tersebut dinamai SIMALUNGUN.
Akhir dari cerita ini
adalah ORANG SIMALUNGUN sejak dulu CINTA DAMAI (bersekutu dengan marga lain),
SELALU BERMUSYAWARAH dan MENGHARGAI PERBEDAAN PENDAPAT, dan yang paling HEBAT
adalah ORANG SIMALUNGUN sangat menghargai jasa-jasa leluhurnya/pahlawannya,
jauh sebelum BUNG KARNO mengucapkan "Bangsa yang besar, adalah bangsa yang
menghargai jasa-jasa pahlawannya"... BANGGALAH JADI ORANG SIMALUNGUN !!
Cerita ini adalah
hanya sebahagian kecil dari cerita-cerita rakyat lainnya yang mungkin berbeda
dalam pemaparan, akan tetapi semua cerita rakyat mempunyai satu tujuan mulia, agar
kita generasi penerus memahami sejarah akan tanah leluhurnya.
Segala masukan dan
koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya
dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi
koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari
sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya.
No comments:
Post a Comment